Home / News / Menyusuri Jejak Religi di Masjid Azizi Tanjungpura

Menyusuri Jejak Religi di Masjid Azizi Tanjungpura

Kemegahan Warisan Kesultanan Langkat yang Menjadi Magnet Wisata Religi

Oleh Sutrisno Buyil – Ketua Umum FORWAN

Tanjungpura, Langkat — Setiap akhir pekan dan libur nasional, halaman Masjid Azizi di jantung Kota Tanjungpura, Sumatera Utara, dipenuhi denyut kehidupan. Ratusan peziarah dan pelancong tumpah ruah tak sekadar untuk beribadah, namun juga merasakan nuansa spiritual, sejarah, dan kehangatan kebersamaan yang terpancar dari kompleks masjid bersejarah peninggalan Kesultanan Langkat ini.

Di bawah langit sore yang cerah pada Minggu (7/7/2025), suasana di halaman depan masjid begitu hidup. Tawa anak-anak bersahut-sahutan di tengah hamparan rumput hijau, sementara keluarga-keluarga sibuk mengabadikan momen di depan bangunan megah bercorak hijau, kuning, dan hitam—warna khas Melayu yang menjadi identitas masjid. Di sudut lain, komunitas kreatif membuka kelas menggambar terbuka, menjadikan masjid bukan hanya pusat spiritual, tapi juga ruang kreasi.

“Ini bawa anak jalan-jalan sore,” ujar seorang ibu muda sembari memotret anaknya yang berlarian riang, seolah waktu ikut melambat di bawah bayang-bayang sejarah Masjid Azizi.

Lebih dari Sekadar Tempat Ibadah

Masjid Azizi bukanlah masjid biasa. Bagi masyarakat Langkat dan sekitarnya, tempat ini adalah simbol warisan, ruang publik, sekaligus magnet wisata religi yang terus hidup. Di pelataran parkir, seorang petugas menyebut peningkatan kunjungan yang signifikan setiap akhir pekan.

“Ramainya kayak Lebaran. Banyak yang datang dari luar daerah, dari Medan, Binjai, Deli Serdang, sampai Aceh,” katanya sembari membantu mengatur kendaraan.

Bagi Ernawati, peziarah asal Deli Serdang, Masjid Azizi adalah persinggahan sakral setiap kali ia berziarah ke Babussalam Besilam, salah satu pusat tarekat terbesar di Sumatera Utara yang terletak tak jauh dari Tanjungpura.

“Rasanya belum lengkap kalau ke Besilam tanpa mampir ke sini. Anak-anak pun sudah hapal tempat ini. Mereka senang main di halaman masjid sambil nunggu waktu salat,” ungkapnya.

Warisan Kesultanan Langkat yang Abadi

Dibangun sekitar tahun 1890-an oleh Sultan Abdul Aziz Abdul Djalil Rahmatsyah, Masjid Azizi menjadi bukti kejayaan dan kesalehan Kesultanan Langkat. Arsitektur megah bergaya Melayu dengan sentuhan Timur Tengah mencerminkan pandangan jauh ke depan sang sultan dalam membangun pusat spiritual sekaligus simbol peradaban Islam di Langkat.

Masjid ini diresmikan pada 13 Juni 1902 (12 Rabiul Awal 1310 H), dan sejak itu menjadi pusat dakwah, pendidikan, hingga pengembangan masyarakat Islam. Filosofi Melayu yang memadukan kekuatan umara (pemimpin), ulama, cendekia, dermawan, dan doa orang miskin menjadi fondasi kuat berdirinya masjid ini.

Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional

Sebagai situs yang telah berusia lebih dari satu abad, Masjid Azizi kini ditetapkan sebagai cagar budaya nasional. Renovasi demi renovasi dilakukan tanpa menghilangkan keaslian ornamen dan struktur bangunan. Kubah besar berwarna hitam tetap menjadi penanda dari kejauhan, dengan menara tinggi yang memancarkan kemegahan arsitektur Islam Melayu.

Tak hanya itu, di sekitar kompleks masjid, jejak Kesultanan Langkat masih terjaga. Di sanalah Istana Darul Aman dan Istana Kota Baru dulu berdiri. Tak jauh, ada pula Madrasah Maslurah dan Madrasah Aziziah, yang dulu menjadi pusat pendidikan Islam.

Salah satu makam yang paling banyak diziarahi di kawasan ini adalah makam Tengku Amir Hamzah, pujangga nasional dan kerabat istana, yang karyanya telah menjadi bagian penting dalam khazanah sastra Indonesia.

Gerbang Wisata Religi Sumatera Utara

Lokasi Masjid Azizi sangat strategis. Berdiri kokoh di Jalan Masjid, Kecamatan Tanjungpura, tepat di jalur lintas Medan–Banda Aceh, masjid ini menjadi tempat singgah favorit para pelancong religi dari berbagai kota.

Perjalanan dari Kota Medan hanya memakan waktu sekitar dua jam. Dengan kubah yang mencolok dan ukuran bangunan yang megah, masjid ini mudah dikenali dan tak pernah sepi pengunjung.

Tak berlebihan bila Masjid Azizi disebut sebagai gerbang wisata religi Sumatera Utara—tempat pertemuan spiritual, sejarah, dan kebudayaan yang tak lekang oleh zaman.

Senja yang Menggetarkan Jiwa

Menjelang waktu magrib, kesibukan berubah menjadi kekhusyukan. Anak-anak berhenti bermain, suara azan menggema dari menara masjid, memanggil semua hati untuk bersimpuh. Di momen seperti itulah, Masjid Azizi menunjukkan jati dirinya bukan hanya tempat yang indah secara fisik, tapi juga ruang kontemplasi untuk menyucikan jiwa.

Masjid Azizi bukan sekadar bangunan. Ia adalah penjaga ingatan kolektif, penyambung generasi, dan penuntun spiritual bagi siapa pun yang ingin menapaki jejak sejarah dan mencari ketenangan dalam hiruk pikuk kehidupan.

Masjid Azizi, sebuah warisan agung yang menyatukan masa lalu, kini, dan masa depan dalam satu ruang suci.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *