Home / News / Eddie Karsito dan Warung Kopi Gratis: “Orang Lapar Jangan Disuruh Sabar”

Eddie Karsito dan Warung Kopi Gratis: “Orang Lapar Jangan Disuruh Sabar”

Bekasi Kota — Budayantara.tv.Di sebuah sudut kecil Perumahan Kranggan Permai, Jatisampurna, Kota Bekasi, ada warung kopi sederhana yang tak menjual apa-apa karena semuanya gratis. Kopi, mie instan, dan senyum semuanya disuguhkan tanpa pamrih, setiap pagi. Tapi lebih dari sekadar makanan, di tempat ini, yang disajikan adalah kemanusiaan.

Di balik warung itu, berdiri seorang pria yang telah puluhan tahun membaktikan hidupnya bagi mereka yang seringkali tak tampak di mata publik: pemulung, janda tua, supir angkot, tukang sampah, hingga musafir yang singgah sebentar dalam sunyi kota besar. Eddie Karsito, seniman, wartawan, dan pendiri Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, percaya bahwa solusi atas kemiskinan bukanlah kata-kata, tapi tindakan nyata.

“Orang lapar itu bukan cuma butuh nasihat. Mereka butuh makan. Jangan disuruh sabar. Tolong dulu, baru bicara,” tegas Eddie, saat ditemui di sela-sela membagikan sarapan untuk pemulung, Jumat pagi (12/09/2025).

Dari Warung Kopi ke Warung Nurani

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan berdiri sejak 1995. Selama lebih dari 30 tahun, lembaga ini berjalan senyap namun konsisten, mengalirkan bantuan tanpa mengangkat tangan ke publik. Tidak ada proposal, tidak ada donatur tetap. Apa yang mereka berikan berasal dari kantong sendiri dari Eddie dan para pengurus yayasan serta anggota Sanggar Humaniora yang bernaung di bawahnya.

“Kami tidak minta-minta. Kami berbagi karena kami sadar, ini bukan sekadar amal. Ini kewajiban moral.”

Di warung kopi dan mie instan gratis itu, siapa pun bisa datang: pengemudi ojek daring yang belum sempat sarapan, tukang bangunan yang harus kerja sejak fajar, hingga janda 97 tahun yang hidup dari memulung. Bagi mereka, warung itu bukan sekadar tempat makan, tapi ruang untuk merasa dianggap ada.

Ceramah Tak Menjawab Lapar

Banyak dari kita yang mudah memberikan wejangan ketika melihat orang dalam kesulitan. Tapi Eddie mengingatkan, seringkali yang memberi nasihat tentang kesabaran bukanlah orang yang sedang kelaparan.

“Nasihat tanpa empati bisa melukai. Kita harus berhenti menjadikan kata-kata sebagai solusi tunggal. Lapar tidak hilang dengan ceramah. Harus ada tindakan.”

Pandangan Eddie mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap maraknya praktik “pengemasan agama” demi keuntungan. Banyak lembaga sosial yang katanya berlandaskan iman, tapi justru menjadikan penderitaan orang lain sebagai alat mengumpulkan donasi.

“Agama seringkali cuma jadi label. Bukan substansi. Padahal yang dibutuhkan adalah kehadiran yang nyata,” ucap Eddie tajam.

Seni, Budaya, dan Kemanusiaan

Di Yayasan Humaniora, kegiatan sosial tak pernah dipisahkan dari seni dan budaya. Eddie percaya bahwa keduanya bisa bersinergi, menciptakan masyarakat yang bukan hanya sejahtera secara fisik, tapi juga utuh secara jiwa.

Melalui Sanggar Humaniora, mereka mengadakan kegiatan budaya, pertunjukan teater, pelatihan seni untuk anak-anak pemulung, dan berbagai ekspresi kreatif lain yang memberi ruang bagi kemanusiaan tumbuh—bukan sekadar bertahan.

“Kami ingin menciptakan siklus positif. Anak-anak pemulung bisa sekolah, punya seragam, punya sepatu. Tapi lebih dari itu, mereka juga harus punya mimpi.”

Senyap yang Menyala

Eddie Karsito bukan tokoh yang tampil di layar televisi meminta donasi. Ia tak viral di media sosial. Tapi pagi-pagi buta, saat banyak dari kita masih terlelap, ia sudah menyeduh kopi hangat untuk seseorang yang mungkin tak punya apa-apa selain rasa lapar.

Apa yang dilakukan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan adalah bentuk “kehadiran” yang sesungguhnya. Bukan kampanye. Bukan proyek. Tapi kesadaran bahwa manusia punya tanggung jawab moral untuk menjaga sesamanya.

“Kita ini hidup di dunia yang sama. Jangan berpura-pura tidak tahu ketika ada yang lapar di depan mata kita.”

Karena di dunia yang keras ini, kadang yang paling manusia butuhkan bukanlah tangan yang menunjuk, tapi tangan yang menggenggam.**

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *