Home / News / Misteri Batu Lumpang: Jejak Ritual Kuno di Situs Rambut Dalem (Episode 3)

Misteri Batu Lumpang: Jejak Ritual Kuno di Situs Rambut Dalem (Episode 3)

Ponorogo – Budayantara.tv.Di tengah rimbunnya pepohonan Pasang dan Dok Dogan yang menjulang misterius, tersembunyi sebuah situs yang memendam ribuan rahasia: Rambut Dalem. Kawasan yang kini berada di pinggir jalan besar ini, dulunya adalah tempat yang dihindari, diselimuti aura sakral yang tak terjamah. Namun, di balik ketenangan semunya, terseraklah petunjuk-petunjuk bisu dari masa lalu yang jauh.

Tim Budayantara TV menjejakkan kaki di tanah ini, dan mata kami langsung tertumbuk pada fenomena yang membingungkan: puluhan batu berdiameter sekitar 90 cm, tersebar di area seluas 1,5 hingga 2 hektar di sekitar situs utama. Setiap batu memiliki lubang di tengahnya, berukuran kurang lebih 20 cm. Bentuk dan ukurannya yang seragam, serta jarak antar batu yang relatif sama (20-30 meter), jelas menunjukkan bahwa ini bukan formasi alami, melainkan karya tangan manusia purba.

Batu-batu ini, meski sebagian besar kini miring, terbalik, bahkan ada yang jebol bagian bawahnya karena termakan usia dan alam, tetap diperlakukan dengan penuh hormat. Tak ada satu pun warga yang berani mengusik posisinya. Sebuah kesakralan yang diwariskan secara turun-temurun, tanpa ada cerita tutur yang menjelaskan makna di baliknya. Masyarakat sekitar tak tahu untuk apa batu-batu ini. Namun, melihat salah satu batu di situs utama yang lubangnya tembus, kami menduga kuat bahwa ini adalah batu lumpang, alat penumbuk hasil pertanian atau ramuan obat di masa lampau. Sebuah jejak peradaban yang masih menjadi misteri hingga kini.

Bisikan Sesepuh dan Tari Tayub Simpuh yang Sakral

Pencarian kami membawa kami kepada Kabruk, seorang sesepuh berusia 70 tahun yang tinggal tak jauh dari situs. Di depan rumahnya, berdiri kokoh sebuah batu lumpang yang masih utuh, kontras dengan yang ada di Rambut Dalem. Namun, Kabruk sendiri tak memiliki cerita tentang asal-usul atau fungsi batu-batu tersebut dari para pendahulunya. Yang ia tahu hanyalah satu larangan keras: “Jangan pernah memindah atau mengutak-atik batu-batu lumpang ini. Kalau berani, musibah dan celaka akan menimpa.” Sebuah peringatan yang menggantung di udara, menambah lapisan misteri pada situs ini.

Lebih jauh, Kabruk menguak tabir tentang ritual-ritual kuno yang kerap digelar di Rambut Dalem. Bukan hanya warga sekitar, tetapi juga orang-orang dari luar desa, berdatangan untuk mengadakan hajat dan nazar. Sesaji, bahkan penyembelihan hewan kurban seperti sapi, menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara ini. Namun, ada satu ritual yang paling menarik perhatian kami: Tari Tayub.

“Tayub saat ritual itu tidak sama dengan tarian tayub pada umumnya,” jelas Kabruk. Penari tayub, atau sindennya, duduk bersimpuh, dengan pola gerak tangan yang kini dikenal sebagai tayub kibar. Tarian ini, yang kemudian dikenal sebagai Tari Tayub Simpuh, begitu sakral hingga tak ada yang berani menarikan kecuali dalam acara ritual tertentu, bahkan hingga hari ini. Tari Tayub Simpuh diiringi oleh tiga tembang khusus yang terus berulang: Pengiling-iling, Pangkur, dan Lung Gadung. Sebuah melodi kuno yang mungkin menyimpan kode-kode rahasia dari masa lalu.

Sayangnya, tradisi ini mulai pudar. Setelah juru kunci terakhir bernama mbah paiman meninggal dunia sekitar tahun 2000, ritual-ritual besar di Rambut Dalem pun terhenti. Upaya Pak Samaoen, Kepala Desa Sinib pada tahun 1980-an, untuk membangun cungkup di tempat itu pun berakhir dengan robohnya bangunan dan tak pernah lagi diperbaiki. Situs ini kini seolah dibiarkan tak terjamah, menunggu seseorang untuk kembali membangkitkan kisahnya.

Jejak Pangeran Diponegoro dan Misteri Toponimi

Ketika kami bertanya lebih jauh tentang Tari Tayub Simpuh, Kabruk hanya bisa menggambarkan gerakannya yang seperti tari Gambyong dengan sinden yang duduk bersimpuh. Ia tak tahu kapan tarian ini bermula. Namun, sebuah fakta mengejutkan terlontar dari bibirnya: “Yang kami dengar dari para sesepuh dulu, tempat ini adalah persinggahan Pangeran Diponegoro.” Kabruk bahkan menunjuk ke arah gunung, “Tempat yang saya tinggali ini adalah Dukuh Ngayoman, kalau Rambut Dalem ya atas itu.”

Kisah Pangeran Diponegoro yang singgah dan tinggal berbulan-bulan di Rambut Dalem setelah terdesak dari penyerangan Lorok, menambah dimensi baru pada situs ini. Mengapa seorang pangeran besar memilih tempat terpencil ini sebagai persinggahan? Apa yang ia cari, atau apa yang ia temukan di sana?

Dari sudut pandang toponimi, nama “Rambut Dalem” menyimpan makna yang dalam. Seperti yang telah kami bahas pada episode 2, “Rabut Dalem” (Rabhita + Antarālaya): “Rabhita” bisa berarti “terikat” atau “terhubung secara erat,” sementara “Antarālaya” mengimplikasikan ruang sakral di antara dunia manusia dan dunia spiritual. Dengan demikian, Rabut Dalem mungkin berfungsi sebagai tempat mediasi antara manusia dan dewa, di mana sumpah atau janji diucapkan untuk memperkuat ikatan spiritual. Pada episode sebelumnya, kami juga membahas perkiraan keterhubungan situs ini dengan situs-situs lain di sekitarnya.

Melihat banyaknya batu lumpang yang tersebar luas, dapat disimpulkan bahwa Rambut Dalem adalah pusat kegiatan yang terhubung dengan dunia luar, jauh sebelum Pangeran Diponegoro singgah. Sangat mungkin situs ini adalah cikal bakal munculnya nama desa Baosan, dari kata “baos” yang berarti membaca atau mengkaji, dengan akhiran “-an” yang mengindikasikan pengkajian atau pembahasan.

Selain Tari Tayub Simpuh, ada pula tarian sakral lainnya, seperti Tari Mapak Duto Satrio, yang juga tak sembarangan bisa dan diperbolehkan ditarikan. Tarian ini hanya dipersembahkan untuk menyambut tamu agung atau pembesar negeri.

Misteri Rambut Dalem masih jauh dari terpecahkan. Minimnya penelitian mendalam dan sulitnya mencari referensi membuat situs ini tetap menjadi teka-teki. Namun, setiap batu lumpang, setiap bisikan sesepuh, dan setiap jejak sejarah adalah misteri yang perlu diteliti mendalam.

Apa rahasia yang sebenarnya tersembunyi di balik batu-batu kuno itu? Mengapa Pangeran Diponegoro memilih Rambut Dalem sebagai tempat persinggahan? Dan apa makna sejati dari Tari Tayub Simpuh dan tari mapak duto satrio yang sakral itu?

Nantikan penelusuran kami selanjutnya dalam Episode 4, di mana kami akan mencoba menguak lebih dalam tabir misteri Situs Rambut Dalem!**

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *