Jakarta, – Budayantara.tv. Suasana hangat dan penuh kebersamaan terasa dalam salah satu agenda spesial Hajatan Betawi Kampung Si Pitung Rawa Belong, yakni Ngobras (Ngobrol Bareng Seniman) yang digelar di jantung Rawa Belong, Jakarta Barat.Minggu (12/10/2025).
Acara yang dikemas secara santai namun penuh makna ini menghadirkan tiga narasumber utama: H. Bachtiar sebagai moderator, Sakur (jurnalis sekaligus warga asli Rawa Belong), serta Abi Manaf, tokoh Betawi setempat yang dikenal sebagai penggiat budaya.
Kupas Tuntas Budaya Rawa Belong: Dari Silat Cingkrik hingga Pasar Kembang Tempo Dulu
Dalam sesi perbincangan yang berlangsung cair dan interaktif, para narasumber mengupas berbagai topik menarik yang lekat dengan identitas Rawa Belong. Salah satu sorotan utama adalah pembahasan tentang silat Cingkrik, aliran silat tradisional khas Betawi yang tumbuh dan berkembang di Rawa Belong.

“Silat Cingkrik bukan cuma soal bela diri, tapi juga cerminan filosofi hidup orang Betawi: luwes, berani, dan punya rasa,” ujar Abi Manaf yang disambut anggukan penuh antusias dari para hadirin.
Tak hanya itu, Sakur juga membagikan kisah-kisah menarik seputar Pasar Kembang Rawa Belong tempo dulu, termasuk dinamika sosial dan peran sentral pasar tersebut sebagai denyut nadi ekonomi warga setempat sejak puluhan tahun silam.
Bukan Sekadar Ngobrol
Meski bernama Ngobras, acara ini bukanlah sekadar tempat berbasa-basi. Justru sebaliknya, forum ini menjadi ruang terbuka untuk dialog lintas generasi, tempat cerita-cerita lokal dirawat dan dijadikan inspirasi masa depan.
“Ini bukan forum elitis. Siapa pun boleh bicara. Yang penting niatnya sama: jaga budaya dan jaga Rawa Belong,” kata H. Bachtiar dalam pengantarnya.
Ngobras Jadi Magnet di Tengah Hajatan Budaya
Ngobras merupakan bagian dari rangkaian Hajatan Betawi Kampung Si Pitung, sebuah perayaan budaya yang dimulai dengan pembacaan Yasin, Tahlil, Maulid Nabi, serta ceramah dari Kyai Kamil Efendi. Acara ini juga diramaikan dengan pertunjukan seni tradisi seperti silat Betawi, musik, hingga peluncuran karya tari terbaru.
Salah satu karya unggulan yang diperkenalkan tahun ini adalah tarian kolaboratif bertajuk “Lenggang Pukul Betawi”, hasil garapan Sanggar Betawi Si Pitung bersama generasi muda Rawa Belong.
Ini bukti bahwa anak muda Betawi bukan cuma bisa ngeliat sejarah, tapi juga bikin sejarah.
Menghidupkan Warisan Si Pitung Lewat Aksi Nyata
Rawa Belong tidak bisa dilepaskan dari sosok Si Pitung, pahlawan rakyat Betawi yang legendaris. Dalam momentum acara ini, disinggung pula bagaimana nama Si Pitung akhirnya diabadikan menjadi nama jalan di kawasan Rawa Belong pada era Gubernur Anies Baswedan sebuah perjuangan panjang yang sempat diusulkan oleh almarhum Haji Lulung.
Langkah ini menjadi simbol penghormatan terhadap warisan lokal yang selama ini kurang mendapat tempat dalam narasi besar Jakarta.
Penutup: Budaya Harus Hidup, Bukan Sekadar Dikenang
Ngobras menjadi salah satu contoh bahwa melestarikan budaya tak selalu harus lewat cara-cara formal. Kadang cukup dengan duduk, berbagi cerita, dan saling menguatkan semangat kebersamaan.
“Budaya itu harus dihidupkan, bukan cuma dikenang. Kita tunjukkan dengan karya, dengan aksi,” tegas Sakur di akhir sesi.
Acara diakhiri dengan tepuk tangan meriah dan ajakan untuk terus menjaga semangat Si Pitung: melawan ketidakadilan, mencintai kampung halaman, dan membangun masa depan Betawi dengan karya nyata.**