Oleh : Masdjo Arifin (Pimred Budayantara.tv)
Jakarta – Budayatara.tv Di tengah arus deras globalisasi dan modernisasi, pelestarian budaya tak lagi cukup dilakukan hanya dengan upacara seremonial atau dokumentasi statis. Kini, budaya harus hidup dibaca, dipelajari, dan diteruskan ke generasi digital. Itulah semangat yang diusung oleh Budayantara, sebuah media budaya yang menggandeng Lembaga Pemangku Adat Jayakarta dalam misi besar: menjaga literasi dan peradaban Nusantara melalui kolaborasi yang berakar pada kearifan lokal dan berbasis teknologi digital.
Bersama para budayawan, pemangku adat, dan tokoh masyarakat adat, Budayantara menghadirkan strategi pelestarian budaya yang tidak hanya progresif, tetapi juga inklusif. Literasi budaya tidak lagi sekadar teks, melainkan narasi hidup yang menyatu dalam festival, cerita rakyat, seni pertunjukan, dan platform digital.
Merajut Literasi Lewat Budaya Adat
Literasi dan budaya tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling menopang dan memperkuat identitas bangsa. Budaya adalah narasi kolektif kita sebagai bangsa. Dan literasi adalah cara kita menyampaikannya lintas generasi,penggagas Budayantara bergerak bersama komunitas adat dan pegiat budaya.

Bersama Yayok Abidin Budayantara mengembangkan pendekatan baru: mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam konten literasi. Cerita rakyat, hukum adat, tradisi lisan, dan filosofi hidup masyarakat adat menjadi sumber materi yang tak ternilai untuk dikembangkan menjadi buku, film pendek, podcast, hingga konten digital edukatif.
Etalase Budaya Digital dan Pusat Dokumentasi Adat
Sebagai media budaya, Budayantara kini berkembang menjadi etalase seni budaya Nusantara. Tak hanya menyajikan konten, Budayantara juga tengah merintis pendirian Pusat Dokumentasi Adat Nusantara sebuah pusat riset dan pembelajaran budaya yang berfungsi sebagai repositori digital dan fisik tentang adat, tradisi, dan sistem pengetahuan lokal dari seluruh penjuru Indonesia.
Pusat dokumentasi ini diharapkan menjadi ruang terbuka bagi peneliti, pelajar, dan masyarakat umum untuk mengakses data otentik dan terverifikasi tentang kebudayaan daerah, termasuk peran dan posisi pemangku adat di setiap wilayah.
Ini bukan sekadar museum digital, tapi ruang hidup budaya yang terus berkembang. Karena adat bukan masa lalu yang beku, tapi kearifan yang terus menjawab zaman.
Teknologi sebagai Jembatan Peradaban
Langkah inovatif Budayantara tidak berhenti pada dokumentasi. Mereka juga berupaya menghadirkan pemangku adat sebagai narasumber utama dalam berbagai platform digital: dari seminar via zoom, podcast, serial video YouTube, hingga kelas daring tentang budaya dan adat.
Dengan begitu, warisan budaya tidak lagi terjebak dalam ruang akademik semata, tetapi menjangkau generasi muda di ruang-ruang digital tempat mereka aktif dan belajar.
Anak muda saat ini lebih akrab dengan layar daripada lembaran naskah tua. Maka budaya pun harus hadir di layar itu, dengan wajahnya yang otentik.
Kolaborasi dengan Pemerintah: Perluas Dampak, Perkuat Akar
Meski lahir dari inisiatif komunitas, Budayantara dan para pegiat budaya menyadari pentingnya peran negara dan lembaga pemerintah dalam memperkuat ekosistem pelestarian budaya.
Mereka mendorong pemerintah untuk lebih aktif memfasilitasi program kolaboratif yang melibatkan pemangku adat dalam bentuk pameran, festival budaya, dan platform edukasi nasional. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya konten, tetapi juga memberikan ruang apresiasi dan pemberdayaan kepada komunitas adat sebagai penjaga nilai-nilai luhur bangsa.
Bangkitkan Kesadaran Kolektif akan Warisan Budaya
Gerakan ini pada akhirnya bukan hanya tentang melestarikan, tetapi menghidupkan kembali rasa memiliki terhadap budaya sendiri. Dengan mempertemukan kearifan lokal, media, dan teknologi, Budayantara berharap dapat menumbuhkan kesadaran kolektif: bahwa budaya bukan barang kuno yang disimpan, melainkan identitas hidup yang mesti dijaga bersama.
Kami ingin generasi muda bangga menyebut diri sebagai bagian dari peradaban Nusantara, karena mereka tahu cerita leluhurnya, tahu adatnya, dan tahu cara menghidupkannya di masa kini.**




