Jakarta,- Budayantara.tv. 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, tentu tidak lepas dari jasa para pejuang kemerdekaan. Lebih dari 200 Nama orang hingga saat ini yang telah di anugrahkan oleh negara sebagai pahlawan nasional. Masih sangat banyak pejuang kemerdekaan yang peranya begitu besar yang belum di Anugrahkan sebagai pahlawan Nasional termasuk di Wonua Ndolaki ( Tanah Tolaki) yang sebenarnya terdapat pula seorang pejuang yang salah satunya bernama ” LAPADI ” seorang Tamalaki dan pejuang melawan penjajah di Tanah Konawe.
Hingga kini, belum ada satu pun pejuang dari Wonua Ndolaki yang diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pusat. Ini penting untuk Regenarsi agar menumbuhkan rasa Nasionalis dan kecintaan terhadap daerah, juga agar generasi yang akan datang mengetahui bahwa ternyata di tanah kelahirannya terdapat pula Pejuang” Tangguh kemerdekaan. Menjawab kegelisahan ini Pengurus Besar Angkatan Muda Bumi Anoa Sulawesi Tenggara (PB AMBA Sultra) mengambil langkah tegas.

Lapadi merupakan salah satu tokoh yang menjadi simbol eksistensi perlawanan kerajaan Konawe dalam menentang kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda pada masa itu.
Lapadi lahir pada tahun 1864 dan wafat pada tahun 1914 kemudian dimakamkan di daerah Manumohewu. Ayahnya bernama Lamanangi dan ibunya bernama Wenggole, dimana keduanya orang tuanya tersebut merupakan keturunan bangsawan Konawe, yakni garis keturunan Inea Sinumo dan Kapita Taridala.
Benteng Lapadi (Tondowatu) , Benteng Pertahanan Lapadi saat melawan Penjajah , Dimana Kondisi Benteng , saat ini kurang terawat ditandai dengan adanya beberapa kerusakan seperti runtuhnya dinding batu bangunan, beberapa bagian dinding yang tertutup oleh lumut dan tanaman merambat lainnya seperti pepohonan yang mengelilingi Benteng Lapadi. Benteng ini beralamat di desa Watumeeto Kecamatan Lainea.
Melalui Ketua Divisi Sosial, Syaifullah Sanib ( Falih Tunduolu) , dan Ketua Brigade Amba Sultra, Saleh Saranani, menyerukan sebuah gerakan moral untuk memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional bagi Sang Tamalaki Lapadi, panglima perang legendaris dari Konawe yang dikenal gigih melawan penjajah.
“Ini bukan sekadar permintaan, ini adalah panggilan sejarah. Tamalaki Lapadi adalah simbol perlawanan dan harga diri masyarakat Tolaki. Spirit perjuangannya adalah api yang turut membakar semangat kemerdekaan di tanah ini,” ujar Falih Tondoluto dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).

Gerakan ini mengajak seluruh elemen masyarakat di Bumi Anoa—mulai dari pemuda-pemudi, organisasi masyarakat adat, para tetua adat, hingga akademisi—untuk bersatu padu. Tujuannya adalah menyuarakan aspirasi ini secara serentak dan terstruktur kepada Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Saleh Saranani menambahkan, “Kekuatan kita ada pada persatuan. Brigade Amba Sultra siap mengawal aspirasi ini. Kami mengajak seluruh Ormas adat dan pemuda untuk berdiri di barisan yang sama, memastikan suara kita didengar hingga ke Istana.”
Aspirasi ini ditujukan agar pemerintah daerah secara resmi mengusulkan nama Tamalaki Lapadi kepada Pemerintah Pusat, yakni Kementerian Sosial RI dan Presiden Republik Indonesia, untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
“Pengakuan ini adalah hak sejarah rakyat Sultra dan hutang negara yang harus dilunasi. Memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Tamalaki Lapadi berarti menempatkan sejarah perjuangan dari Wonua Ndolaki pada tempatnya yang terhormat di panggung nasional,” tutup Falih.