Jakarta – Budayantara.tv Siapa sangka, di tengah hiruk-pikuk kawasan Menteng, Jakarta Pusat, berdiri megah sebuah bangunan bergaya Eropa klasik yang menyimpan jejak sejarah seni dan kemanusiaan Indonesia. Rumah itu milik Raden Saleh, sang maestro lukis legendaris, yang kini masih berfungsi dan berdiri kokoh sebagai bagian dari Rumah Sakit PGI Cikini.
Dari Kediaman Pribadi Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Rumah yang dibangun pada 1852 dan mulai dihuni Raden Saleh sejak 1862 ini tak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga menjadi saksi perubahan zaman. Kini, rumah bersejarah tersebut digunakan sebagai kantor administrasi Rumah Sakit PGI Cikini salah satu rumah sakit tertua di Jakarta.
Meski telah beralih fungsi, bangunan yang berada di Jalan Raden Saleh Raya Nomor 42 ini tetap mempertahankan kemegahannya. Arsitekturnya yang dipengaruhi Kastil Callenberg di Jerman mencerminkan sentuhan klasik Eropa, dengan dua lantai dan total 14 kamar delapan di atas, enam di bawah. Sebuah taman luas yang kini menjadi wajah depan rumah sakit dulunya adalah bagian dari kebun binatang pribadi Raden Saleh.
Dari Kebun Binatang Pribadi ke Taman Rumah Sakit
Tak banyak yang tahu, kawasan yang kini menjadi RS PGI Cikini dan bahkan Taman Ismail Marzuki dulunya adalah bagian dari tanah milik Raden Saleh. Saking luasnya, ia pernah menghibahkan sebagian lahannya untuk dijadikan kebun binatang, lengkap dengan berbagai jenis satwa. Ini menunjukkan bahwa Raden Saleh bukan hanya pelukis, tapi juga seorang humanis yang memikirkan hiburan dan edukasi masyarakat.
Dibeli dengan Bantuan Ratu Belanda

Pada akhir abad ke-19, rumah ini dibeli oleh seorang diakones Kristen asal Belanda, Nyonya Adriana I. de Graaf Kooman, dengan bantuan dana hibah dari Ratu Emma sebesar 100.000 Gulden. Dari sinilah awal mula rumah tersebut menjadi pusat pelayanan kesehatan yang terus berkembang hingga kini menjadi Rumah Sakit PGI Cikini.
Tak hanya bangunannya yang masih utuh, berbagai artefak peninggalan masa lampau juga masih terawat baik seperti foto asli Raden Saleh, lukisan Ratu Emma, lonceng buatan Jerman, lemari antik dari kayu jati, hingga patung dan bufet khas Eropa abad ke-19.
Cagar Budaya yang Hidup
Kini, rumah ini telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya nasional melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor PM.13/PW.007/MKP/05. Status ini tidak hanya menjaga bangunan secara fisik, tetapi juga melindungi nilai historis dan kultural yang melekat di dalamnya.
Tak heran, rumah Raden Saleh sering disebut sebagai “Istana Raden Saleh” satu dari sedikit warisan arsitektur klasik yang tersisa di Jakarta. Keindahan dan keagungannya mencerminkan kejayaan masa lalu, sekaligus menjadi pengingat bahwa seni dan perjuangan bisa hidup berdampingan.
Raden Saleh: Seniman, Pejuang, Visioner
Lebih dari sekadar pelukis, Raden Saleh adalah seniman yang menyuarakan perlawanan melalui kuas dan kanvas. Karyanya sarat akan pesan kebangsaan dan perjuangan, menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah seni rupa Indonesia.
Melihat rumah peninggalannya yang kini menjadi pusat layanan kesehatan, tampak jelas warisan Raden Saleh bukan hanya soal seni, tapi juga nilai kemanusiaan. Rumah ini adalah simbol bagaimana warisan budaya bisa terus berfungsi, hidup, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.**