Home / Video / Raam Punjabi: Raja Sinetron yang Tak Pernah Pensiun dari Dunia Film

Raam Punjabi: Raja Sinetron yang Tak Pernah Pensiun dari Dunia Film

Jakarta,- Budayantara.tv Di usianya yang telah menginjak 81 tahun, Raam Punjabi masih tampak gagah dan bersemangat seperti sosok kreatif muda yang pertama kali menjejakkan kaki di dunia perfilman Indonesia puluhan tahun lalu. Meski rambutnya telah memutih dan usianya tak lagi muda, ia masih rajin menonton film di bioskop, bahkan menghadiri festival-festival film mancanegara, menunjukkan cintanya yang abadi pada dunia hiburan.

Jejak Emas Sejak Era 70-an

Nama Raam Punjabi bukan sekadar tercatat dalam sejarah perfilman Indonesia—ia adalah salah satu pengukir sejarah itu sendiri. Sejak 1970-an, ia telah menciptakan karya-karya yang mengguncang pasar film nasional. Salah satunya adalah film “Pandangan Pertama” (1978) yang dibintangi penyanyi dangdut A. Rafiq, dan menjadi hit besar di masanya. Film itu menjadi simbol awal kepiawaian Raam dalam membaca selera pasar.

Dengan nama lengkap Raam Jethmal Punjabi, ia tak hanya menjadi produser, tapi juga menjadi pionir dalam industri hiburan nasional. Pada 6 Desember 1990, ia mendirikan PT Tripar Multivision Plus Tbk, atau lebih dikenal sebagai Multivision Plus, rumah produksi yang kemudian melahirkan gelombang sinetron Indonesia.

Raja Sinetron yang Mengubah Wajah Televisi

Julukan “Raja Sinetron” bukan tanpa alasan. Di bawah bendera Multivision Plus, Raam telah memproduksi lebih dari 485 judul sinetron dari tahun 1992 hingga awal 2000-an. Serial-serial seperti Bella Vista menjadi tontonan wajib masyarakat Indonesia, mengisi jam tayang utama di televisi dan perlahan menggantikan dominasi serial Hollywood yang sebelumnya merajai layar kaca, bahkan di TVRI.

Meski menuai kritik karena dianggap menyajikan sinetron “ringan”, Raam tidak gentar. Ia tahu betul bahwa hiburan dibutuhkan masyarakat. Ia memahami bahwa tidak semua harus idealis—kadang yang dibutuhkan adalah sesuatu yang dekat, mudah dipahami, dan menyenangkan. Dan ia berhasil menjadikan sinetron sebagai budaya pop nasional.

Meluaskan Cakrawala Lewat Bioskop

Tidak hanya di layar kaca, Raam juga menjejakkan kaki di bisnis jaringan bioskop melalui Platinum Cineplex. Ia memilih strategi berbeda: bukan bersaing di kota-kota besar dengan pemain lama, melainkan menyasar daerah-daerah yang belum terjangkau bioskop modern. Ia ingin membawa pengalaman menonton film yang berkualitas ke lebih banyak masyarakat, menjadikan film Indonesia benar-benar milik bersama, dari kota hingga pelosok.

Film Indonesia dan Masa Depan Cerah

Raam menyaksikan sendiri bagaimana film Indonesia telah berkembang pesat. Jika pada era 70-80-an film lokal dianggap sebelah mata, kini Indonesia punya banyak sutradara berbakat dengan karya yang mampu bersaing di festival internasional. Perubahan ini membuktikan bahwa fondasi yang pernah ia bantu bangun kini telah tumbuh menjadi pohon besar yang menaungi banyak generasi.

Warisan yang Tak Tergantikan

Mungkin tak banyak orang yang bisa menyamai kontribusi Raam Punjabi dalam dunia hiburan Indonesia. Ia bukan hanya produser sukses, tapi juga tokoh kultural yang mempengaruhi selera, kebiasaan, bahkan pola pikir penonton selama beberapa dekade. Kini, di usianya yang ke-81, ia masih menjadi saksi dan pelaku aktif dalam perubahan zaman perfilman.

Raam Punjabi tidak pensiun. Ia hanya terus berjalan, terus berkarya, dan terus mencintai film seperti pertama kali ia jatuh cinta padanya puluhan tahun lalu.

Dan selama Raam masih menonton, berkarya, dan menginspirasi, dunia perfilman Indonesia tahu bahwa semangatnya masih menyala.(Masdjo)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *