Home / Video / Rebana Biang Pusaka Ciganjur: Jejak Langkah Sang Maha Guru Rebana di Tanah Betawi

Rebana Biang Pusaka Ciganjur: Jejak Langkah Sang Maha Guru Rebana di Tanah Betawi

Jakarta,- Budayantara.tv Di sudut selatan Jakarta, tepatnya di kawasan Ciganjur, masih berdentum irama rebana yang menggema tak sekadar sebagai hiburan, tetapi sebagai warisan suci yang membawa napas sejarah dan spiritualitas. Di balik dentuman alat musik tradisional ini, berdirilah sosok karismatik bernama Wan Abdurrahman, generasi keempat dari Rebana Biang Pusaka Ciganjur, sekaligus penerus pusaka dari tokoh legendaris yang dikenal sebagai Pak Kumis bin Kandang—sosok yang diyakini sebagai maha guru rebana di tanah Betawi.

Pak Kumis bin Kandang bukan sekadar penyebar musik tradisional. Ia diyakini sebagai seorang waliyullah, keturunan dari Sheikh Maulana Hasanuddin, Sultan Banten, yang membawa rebana dari Banten menuju jantung budaya Betawi. Konon, ia memperkenalkan rebana kepada masyarakat lokal pada awal abad ke-18, jauh sebelum kesenian ini dikenal luas di Jakarta. Setiap bulan Maulid, keluarga besar Rebana Biang Pusaka bersama warga sekitar rutin menziarahi makamnya sebagai bentuk penghormatan dan spiritualitas yang hidup.

Rebana dan Ruh Islam dalam Budaya Betawi

Rebana dalam budaya Betawi bukan hanya seni musik, melainkan juga medium spiritual. Ia hadir dalam berbagai bentuk Rebana Ketimpring, Rebana Qasidah, Rebana Dor, Rebana Maulid, Rebana Hadroh, dan yang paling unik: Rebana Biang. Istimewanya, Rebana Biang berakar dari budaya Islam dan kuat dipengaruhi oleh tradisi Banten, terutama karena wilayah penyebarannya banyak berada di kawasan pinggiran selatan Jakarta mulai dari Tebet, Jagakarsa, hingga Bojong Gede.

Dalam sejarahnya, ada berbagai versi tentang bagaimana Rebana Biang masuk ke Jakarta. Ada yang mengatakan ia dibawa oleh pasukan Mataram di bawah komando Sultan Agung. Namun versi paling kuat dan dipercaya oleh komunitas Rebana Biang Pusaka adalah bahwa Pak Kumis lah yang membawanya dari Banten sekitar tahun 1860-an.

Grup Terakhir di Jakarta: Rebana Biang Pusaka Ciganjur

Di era modern yang serba digital, keberadaan Rebana Biang di Jakarta nyaris punah. Namun, di Ciganjur, Grup Rebana Biang PUSAKA yang dipimpin oleh H. Abdurrahman, seorang pensiunan PNS yang juga ayah dari Wan Abdurrahman, masih menjaga nyala semangat kesenian ini. Di tengah modernisasi kota, Rebana Biang Pusaka tetap tampil di berbagai acara baik keagamaan maupun hajatan dan tetap digandrungi masyarakat lokal.

Bahkan anak-anak pun turut larut dalam pertunjukan, sementara keluarga besar grup tersebut juga terlibat sebagai penggarap, pemain, dan penonton. Daya tarik utama pertunjukan ini adalah adanya Tari Belenggo, tari tradisional berbasis seni main Pukul Betawi, yang menjadikan pertunjukan ini bukan hanya musik, tapi peristiwa budaya yang utuh.

Anatomi Rebana Biang

Uniknya, Rebana Biang tak hanya satu jenis. Ia terdiri dari beberapa komponen dengan ukuran dan fungsi berbeda:

Gendung (diameter ± 30 cm)

Kotek (± 60 cm)

Biang (± 90 cm – paling besar dan paling berat)

Kecrek – alat ritmis yang melengkapi ketukan

Pertunjukan biasanya diawali dengan terompet tradisional sebagai pemimpin melodi, lalu dilanjutkan dengan lagu-lagu berbahasa Arab, Betawi, dan Sunda. Lagu-lagu tersebut bisa berbentuk vokal maupun instrumental, dan kerap kali mengiringi teater rakyat seperti Belantek, atau tarian khas seperti Tari Belenggo.

Menjaga Pusaka, Menjaga Jiwa Budaya

Kini, Rebana Biang bukan sekadar warisan, tapi bentuk perlawanan terhadap kepunahan budaya. Hanya satu grup Rebana Biang yang tersisa di Jakarta Grup Rebana Biang Pusaka Ciganjur. Namun dengan semangat lintas generasi yang dijaga oleh keluarga besar Pak Kumis bin Kandang, rebana ini masih terus menggaungkan nilai-nilai spiritual, budaya, dan sejarah.

Dalam tiap dentumannya, Rebana Biang membawa pesan: bahwa budaya Betawi bukan hanya milik masa lalu, tapi hidup, bernapas, dan terus tumbuh bersama mereka yang setia merawatnya.(Djo)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *