Home / News / Hadir di Ngaji Budaya Lesbumi, Mutiara Sani Kenang Asrul Sani dan Serukan Pelestarian Warisan Budaya

Hadir di Ngaji Budaya Lesbumi, Mutiara Sani Kenang Asrul Sani dan Serukan Pelestarian Warisan Budaya

Jakarta,– Budayantara.tv Suasana hangat dan penuh makna menyelimuti kegiatan Ngaji Budaya yang diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) di Gedung PWNU II, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (10/8/2025). Dalam kesempatan istimewa itu, hadir Mutiara Sani, istri dari mendiang sastrawan dan budayawan nasional, Asrul Sani. Kehadirannya menjadi momen yang memperdalam makna diskusi yang bertajuk pembacaan kembali jejak pendiri Lesbumi.

Acara ini menjadi ruang refleksi penting atas peran dan warisan Asrul Sani, yang dikenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam dinamika kebudayaan Indonesia, terutama dalam upayanya menjembatani seni dan nilai-nilai keislaman melalui Lesbumi di era 1960-an.

Mutiara, Sang Mutiara dalam Kehidupan Asrul

Dengan suara bergetar namun penuh semangat, Mutiara Sani membagikan kisah pribadinya bersama almarhum suaminya. “Saya muncul sebagai Mutiara yang betul-betul jadi mutiara untuk hidup beliau,” ujarnya, mengenang perjalanan rumah tangganya dengan Asrul Sani hingga usia 80 tahun sang suami.

Ia pun mengungkapkan bahwa keluarga besar tengah mempertimbangkan untuk memindahkan makam Asrul Sani ke lokasi yang lebih representatif, sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan intelektual dan kebudayaan yang ditinggalkannya. “Ada saran dari putra saya, tapi belum saya iyakan. Insya Allah akan kami pertimbangkan dengan sungguh-sungguh,” tambahnya.

Dari Naskah Terakhir hingga Gagasan Film Biopik

Mutiara Sani juga mengungkapkan rencana pertunjukan naskah terakhir karya Asrul Sani yang belum pernah dipentaskan. “Insya Allah, pada bulan Desember nanti, bertepatan dengan Hari Ibu, saya bersama sutradara Nabila akan memproduksi naskah itu. Kami baru saja memulai latihan pertama,” ungkapnya, seraya memohon doa agar rencana tersebut berjalan lancar.

Tak berhenti sampai di situ, ia juga menyerukan agar Lesbumi dan NU secara lebih serius menindaklanjuti pelestarian karya-karya pendiri Lesbumi. Salah satu gagasan yang disampaikan adalah pembuatan film biopik Mahkamah, karya monumental Asrul Sani yang sarat nilai-nilai filosofis dan spiritual.

“Saya sangat berharap Lesbumi betul-betul bergerak. Ini jangan hanya jadi judul. Bahkan pimpinan NU pun perlu duduk bersama untuk membahas serius, apa yang harus dilakukan. Setahu saya, dana ada di pusat. Tinggal bagaimana kita dari bawah menyusun program,” tegasnya.

Pesan untuk Generasi Muda dan Harapan pada Lesbumi

Dalam kesempatan tersebut, Mutiara juga berbagi kebahagiaan bisa bertemu dengan banyak sahabat lama dan generasi muda. “Saya ini mualaf, tapi ternyata sahabat-sahabat saya semua muslim. Alhamdulillah. Saya mohon doa agar saya bisa terus membawa amanah almarhum,” ucapnya penuh haru.

Dengan penuh semangat, ia menegaskan pentingnya menjaga semangat kebudayaan Islam yang inklusif dan membumi, sebagaimana cita-cita awal pendirian Lesbumi. “Usia boleh tua, tapi semangat tidak boleh padam,” tutup Mutiara Sani disambut tepuk tangan hadirin.

Jejak Asrul Sani dalam Lesbumi

Sebagai tokoh pendiri Lesbumi, Asrul Sani memainkan peran sentral dalam meletakkan fondasi gerakan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam Nusantara. Bersama tokoh-tokoh lain seperti KH M.Jadul Maula,H.Ahmad Yusuf,Gus Baha,Gus Mumtaz ia menjadikan Lesbumi sebagai wadah penting bagi para seniman muslim untuk berkarya tanpa meninggalkan akar spiritual dan tradisi.

Kini, 100 tahun menjelang hari kelahiran Asrul Sani, suara-suara untuk memperkuat kembali misi Lesbumi semakin relevan. Kehadiran Mutiara Sani di Ngaji Budaya kali ini bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi panggilan untuk merumuskan langkah nyata ke depan.(Djo)

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *