Jakarta – Semangat Si Pitung, pahlawan legendaris Betawi yang dikenal sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, terus digaungkan oleh H. Bachtiar melalui Sanggar Si Pitung Rawa Belong. Dalam gelaran “Hajatan Betawi” yang berlangsung meriah di Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Minggu (12/10/2025), Bachtiar dan komunitasnya kembali membuktikan komitmennya dalam menjaga warisan budaya Betawi agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
Kegiatan tahunan ini menampilkan beragam kesenian dan kekayaan budaya lokal, mulai dari pentas seni tradisional, kuliner khas Betawi, seni lukis, hingga pertunjukan silat jingkrik dan palang pintu dari 15 perguruan pencak silat. Tak ketinggalan, bazar kuliner yang menyuguhkan makanan legendaris Betawi seperti kerak telor, dodol, uli, hingga kue-kue tradisional lainnya turut memanjakan pengunjung.
“Ini bukan sekadar acara seremonial, tapi sebuah agenda komunitas yang menjadi wujud nyata pelestarian budaya. Rawa Belong ini kampung ulama, kampung jawara. Kami ingin menghidupkan lagi semangat itu,” ujar H. Bachtiar, pendiri Sanggar Si Pitung yang telah berdiri sejak 1995.
Sanggar Si Pitung: Menyebarkan Spirit Perjuangan Lewat Budaya
Berangkat dari semangat perjuangan Bang Pitung yang dikenal membela rakyat kecil dengan keikhlasan, Sanggar Si Pitung didirikan untuk menjadi wadah edukasi budaya Betawi bagi generasi muda. Tanpa memungut biaya, sanggar ini membuka ruang belajar bagi anak-anak untuk mempelajari silat, ngaji, tari Betawi, lenong, dan berbagai kesenian lokal lainnya.
“Bagi saya, ini adalah bentuk kontribusi kepada tanah kelahiran saya dan bentuk penghormatan terhadap Bang Pitung, pahlawan rakyat Betawi. Kami ingin anak-anak muda tahu siapa Bang Pitung, bukan hanya lewat nama jalan, tapi lewat semangat dan nilai-nilainya,” tambah Bachtiar.
Rawa Belong: Lebih dari Sekadar Nama, Tapi Simbol Identitas
Rawa Belong, yang kini dikenal sebagai sentra pasar bunga terbesar di Jakarta, juga tengah mengukuhkan identitasnya sebagai pusat budaya Betawi. Selain dikenal dengan pasar bunga, wilayah ini juga rutin menggelar festival bandeng, pertunjukan seni tradisional, dan latihan silat tiap akhir pekan.
“Dengan pesatnya perkembangan teknologi, budaya bisa saja tergerus jika tidak dijaga. Semua pihak harus ikut bertanggung jawab untuk melestarikan budaya Betawi,” ujar Bachtiar.
Harapan: Budaya Betawi Dihormati di Tanah Sendiri
Di akhir acara, Bachtiar berharap agar semangat melestarikan budaya Betawi tidak hanya menjadi euforia tahunan, tapi menjadi bagian dari identitas masyarakat Jakarta. Ia juga mengajak generasi muda untuk tidak hanya bangga dengan nama jalan seperti Jalan Bang Pitung, tapi juga aktif menjaga warisan leluhur.
“Adat Betawi harus mendapat tempat terhormat di tanahnya sendiri. Ini bukan hanya soal budaya, tapi soal harga diri dan jati diri sebagai orang Betawi,” pungkasnya.**