Depok, — Budayantara.tv Harapan lama para seniman dan budayawan Depok tampaknya mulai menemukan titik terang. Ketua Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kota Depok, Nuroji, memberikan apresiasi kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok, Supian Suri dan Chandra Rahmansyah, atas perhatian yang kini mulai dirasakan oleh para pelaku seni dan budaya.
“Selama ini kita seperti terpinggirkan. Alhamdulillah sekarang mulai banyak perhatian. Insya Allah, ini akan membawa perubahan positif bagi ekosistem budaya di Depok,” ujar Nuroji saat ditemui Jurnal Depok, Minggu (3/8/2025).
Nuroji mengatakan bahwa isu seni dan budaya telah disampaikan secara resmi dalam pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029 di Gedung DPRD Depok. Menurutnya, budaya memiliki kaitan erat dengan sektor lain seperti pariwisata, ekonomi kreatif, hingga UMKM.
“Budaya itu bukan hanya soal pertunjukan, tapi bisa menjadi daya tarik wisata, mendongkrak ekonomi kreatif, bahkan membuka peluang usaha lokal. Semua itu saling terhubung,” jelasnya.
Budaya Tanpa Sekat: Antara Tradisi dan Toleransi
Dalam pandangan Nuroji, penguatan budaya tak boleh berbenturan dengan nilai-nilai keberagaman dan toleransi. Ia mencontohkan bagaimana masyarakat Depok merayakan beragam perayaan budaya dan agama, seperti Imlek dan Tahun Baru Islam, yang seharusnya tidak menjadi polemik.
“Biarkan saja, itu bagian dari kekayaan budaya. Jangan dibatasi atau dikotak-kotakkan. Kita harus terbuka dan saling mendukung,” tegasnya.
Gedung Kesenian, Impian yang Akan Jadi Nyata?
Salah satu hal yang paling dinanti oleh para pegiat seni adalah realisasi Gedung Kesenian Kota Depok. Nuroji menyebut, selama ini seniman lokal sering kali harus tampil di luar kota karena Depok tak memiliki fasilitas representatif untuk menampilkan karya mereka.
“Bayangkan, ada yang membaca puisi di kolong jembatan karena tidak ada tempat. Masa kita terus begitu? Gedung kesenian ini penting agar seniman punya ruang untuk berekspresi,” tuturnya.
Ia mencontohkan grup seni tradisional Gong Si Bolong, yang pernah mewakili Provinsi DKI Jakarta dalam pertunjukan seni di Yogyakarta dan berhasil menyabet juara dua nasional. Ironisnya, mereka tak membawa nama Depok karena kurangnya fasilitas dan dukungan dari daerah sendiri.
“Kalau gedung itu jadi, bukan hanya jadi tempat pertunjukan, tapi juga pusat interaksi budaya, ruang kreatif, bahkan bisa mendorong kegiatan ekonomi dari seni pertunjukan,” tambahnya.
Dukungan dari Komunitas Seni
Wakil Ketua Ayodya Pala Art Center, Denta Mandra Pradipta Budiastomo, menyambut baik rencana pembangunan gedung kesenian. Ia menilai hal ini sebagai langkah strategis yang mampu memperkuat identitas budaya Kota Depok.
“Gedung kesenian akan menjadi simbol kebangkitan seni Depok. Tempat ini bukan hanya untuk tampil, tapi juga untuk mendidik dan melahirkan karya-karya berkualitas,” kata Denta.
Melalui RPJMD 2025–2029, DKD berharap seluruh masukan dari para seniman dan pegiat budaya bisa diakomodasi oleh Pemerintah Kota Depok. Jika terwujud, pembangunan gedung kesenian bukan hanya menjadi tonggak sejarah, tetapi juga lembaran baru bagi wajah budaya Depok di masa depan.(**)