Home / News / Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin Dukung Gerakan Sadar Budaya 2025

Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin Dukung Gerakan Sadar Budaya 2025

Jakarta, — Budayantara.tv.Politisi senior sekaligus tokoh nasional, Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si, menyatakan dukungannya terhadap kegiatan Gerakan Sadar Budaya 2025 yang rencananya akan digelar pada 26 Oktober 2025 mendatang di kawasan Kota Tua Jakarta.

Dukungan ini disampaikan Ngabalin saat bertemu dengan Pangeran Abi, perwakilan dari Lembaga Pemangku Adat Jayakarta, di sela-sela acara Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) yang berlangsung di Jakarta pada Sabtu (11/10/2025).

“Kegiatan seperti Gerakan Sadar Budaya ini sangat penting untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap budaya lokal, terutama di tengah arus globalisasi yang kian deras. Saya mendukung penuh inisiatif anak-anak bangsa yang peduli pada pelestarian nilai-nilai budaya Nusantara,” ujar Ngabalin.

Gerakan Sadar Budaya 2025 digagas sebagai momentum kolaborasi antara komunitas budaya, tokoh adat, seniman, dan generasi muda dalam merevitalisasi identitas kebudayaan Jakarta, khususnya nilai-nilai luhur Betawi yang kini mulai terpinggirkan.

Menurut Pangeran Abi, kegiatan ini tidak hanya akan menampilkan pertunjukan budaya dan diskusi publik, tetapi juga akan menjadi ruang edukasi dan refleksi bersama mengenai pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari ketahanan nasional.

“Kota Tua dipilih sebagai lokasi utama karena merupakan simpul sejarah dan budaya Jakarta. Kami ingin menjadikannya panggung besar untuk menyuarakan kembali semangat kebudayaan dan persatuan,” jelas Pangeran Abi.

Dukungan dari tokoh nasional seperti Ali Mochtar Ngabalin diharapkan bisa memperkuat legitimasi gerakan ini dan mendorong partisipasi luas dari masyarakat serta dukungan pemerintah.

Tentang Gerakan Sadar Budaya 2025

Gerakan ini merupakan inisiatif lintas komunitas yang bertujuan menghidupkan kembali kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga dan melestarikan budaya lokal, melalui aksi nyata, edukasi, dan perayaan budaya yang inklusif.**

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *