Home / News / Kemegahan Kerajaan Muna: Jejak Sejarah Peradaban Besar dari Tenggara Sulawesi

Kemegahan Kerajaan Muna: Jejak Sejarah Peradaban Besar dari Tenggara Sulawesi

Sulawesi Tenggara — Budayantara.tv Di balik tenangnya perairan Sulawesi Tenggara dan rimbunnya hutan Pulau Muna, tersimpan kisah sebuah peradaban besar yang telah berdiri kokoh sejak lebih dari delapan abad silam Kerajaan Muna, atau yang dikenal juga dengan nama Kerajaan Wuna.

Didirikan sekitar tahun 1210, kerajaan ini menjadi simbol kejayaan dan peradaban awal masyarakat Muna. Bertempat di Kotano Wuna (kini Tongkuno), Kerajaan Muna dipimpin oleh Syekh Al Wahid alias La Eli, seorang bangsawan keturunan Bani Abbasiyah, yang dinobatkan sebagai Raja Muna pertama. Sosok berkarisma ini dikenal dengan gelar Bheteno ne Tombula dan memperkuat posisi kerajaan melalui pernikahan strategis dengan Watandiabe (We Tendriabeng), adik tokoh legendaris Sulawesi Selatan, Sawerigading.

Asal-Usul dan Kekuatan Lokal yang Bersatu

Sebelum berdirinya kerajaan, wilayah Muna telah dihuni oleh delapan kampung yang saling bersatu dalam sebuah aliansi atau ‘Union’, menunjuk Mieno Wamelai sebagai pemimpin tertinggi. Kampung-kampung ini dibagi menjadi dua kelompok utama: Empat kampung Kamokula (Tongkuno, Barangka, Lindo, Wapepi) dan Empat kampung Mieno (Kaura, Kansitala, Lembo, Ndoke). Inilah cikal bakal sistem pemerintahan yang terorganisir dan menjadi pondasi terbentuknya Kerajaan Muna.

Lebih dalam ke akar sejarah, peradaban awal Muna dapat ditelusuri di Liangkobori, tempat tinggal Suku Tomuna ras Wedoid yang dipercaya berasal dari Sri Lanka dan termasuk salah satu suku awal penghuni Nusantara. Interaksi Suku Tomuna dengan kelompok Sawerigading dan 40 pengikutnya yang terdampar di Bahutara, membentuk komunitas baru yang menjadi benih masyarakat Muna modern.

Kerajaan Muna:  Berdaulat di Tengah Samudra

Dengan naik tahtanya La Eli, Kerajaan Muna secara resmi diakui sebagai kerajaan yang memenuhi unsur negara: rakyat, wilayah, dan pemerintahan berdaulat. Kesepakatan kolektif seluruh elemen masyarakat saat itu untuk tunduk pada satu sistem pemerintahan menjadi bukti peradaban yang telah maju dan terorganisir.

Tak hanya kuat dalam struktur sosial-politik, Kerajaan Muna juga dikenal dengan kekayaan budayanya, struktur adat yang kuat, serta hubungan diplomatik antar-kerajaan di masa lampau.

Warisan yang Terus Dijaga di Era Modern

Kini, meskipun tidak lagi berkuasa secara politik, Kerajaan Muna tetap hidup dalam nafas budaya dan adat masyarakat Muna. Di bawah kepemimpinan Paduka Yang Mulia Laode Riago, SH, selaku Ketua Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) Kabupaten Muna, upaya pelestarian terus dilakukan.

Laode Riago aktif menjaga nilai-nilai adat dan warisan leluhur, membangun jejaring antar-kerajaan melalui MAKN Nusantara, serta terus menjalin silaturahmi budaya dengan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia. Upaya ini dilakukan tidak hanya untuk melestarikan, tetapi juga menghidupkan kembali peran kerajaan sebagai penjaga nilai-nilai luhur bangsa.

Menatap Masa Depan Lewat Akar Sejarah

Kisah Kerajaan Muna adalah bukti nyata bahwa kekayaan sejarah Indonesia tak hanya terletak di Jawa atau Sumatera, tetapi juga tersebar di setiap sudut kepulauan nusantara. Dari peradaban Suku Tomuna hingga berdirinya Kerajaan Muna, ini adalah narasi besar yang harus terus digaungkan sebagai kebanggaan daerah dan identitas bangsa.

Sejarah adalah akar, dan Muna telah mengakar kuat di tanah Sulawesi, menjulang tinggi sebagai penjaga tradisi, warisan, dan jati diri.**

.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *