Home / News / Diplomasi Budaya: Langkah Strategis Pelestarian Kekayaan Cagar Budaya Nusantara

Diplomasi Budaya: Langkah Strategis Pelestarian Kekayaan Cagar Budaya Nusantara

Oleh: Masdjo Arifin
(Budayantara.tv & International Nusantara Cultural Forum)

Jakarta, – Budayantara.tv Di tengah arus globalisasi yang deras, cagar budaya berdiri sebagai penanda identitas, jejak peradaban, dan warisan kebijaksanaan nenek moyang. Ia bukan sekadar benda mati, melainkan saksi bisu perjalanan bangsa yang menyimpan kisah, nilai, dan semangat zaman. Di sinilah diplomasi budaya memainkan peran penting, sebagai jembatan strategis antara pelestarian warisan budaya dan diplomasi antarbangsa.

Cagar Budaya: Harta Karun Bangsa yang Terlupakan?

Cagar budaya merupakan kekayaan yang merepresentasikan pemikiran dan perilaku kehidupan manusia masa lalu, yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Namun, dari sekitar 66.513 Cagar Budaya yang terdata oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (2013), baru sebagian kecil yang mendapatkan perhatian serius:1.895 telah dipelihara dan 643 telah dipugar.
983 telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Menteri.Dengan jumlah juru pelihara hanya 2.988 orang, kita menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar cagar budaya berada dalam kondisi rentan: terlupakan, rusak, bahkan hilang ditelan waktu. Padahal untuk ditetapkan sebagai cagar budaya, setiap objek harus melalui tahapan panjang dari pendaftaran, pengkajian, penetapan, hingga pemanfaatan secara adaptif. Ini bukan sekadar proses birokrasi, tetapi penegasan nilai dan identitas sebuah bangsa.

Diplomasi Budaya: Menyatukan Warisan dan Masa Depan

Diplomasi budaya tidak hanya soal pertukaran seni dan tradisi, tetapi merupakan strategi soft power yang makin relevan dalam lanskap geopolitik global saat ini. Ia menjadi cara bagi suatu negara untuk mempengaruhi, membangun kepercayaan, dan menciptakan narasi yang memperkuat posisi nasional dalam pergaulan internasional tanpa tekanan militer atau dominasi ekonomi.

Di Indonesia, upaya ini mulai diperkuat oleh Kementerian Kebudayaan melalui pendekatan yang menempatkan budaya sebagai binding power global. Lewat pertukaran seni, program residensi seniman, festival lintas budaya, hingga kolaborasi kreatif antarbangsa, Indonesia mulai membangun jejaring budaya sebagai strategi memperkuat solidaritas dan keberlanjutan global.

Pelaku Budaya sebagai Duta Tak Resmi Bangsa

Diplomasi budaya tidak mungkin berjalan efektif tanpa keterlibatan para pelaku budaya seniman, kurator, peneliti, budayawan, hingga generasi muda kreatif. Mereka adalah “duta” tak resmi bangsa yang menyuarakan kekayaan lokal di panggung global. Dalam karya mereka, terselip narasi sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, serta pesan-pesan kemanusiaan yang universal.

Peran mereka makin strategis di tengah pasar global yang menghargai keberagaman dan keaslian. Dunia usaha kini sadar, bahwa sensitivitas budaya bukan hanya etika, tetapi strategi bisnis. Produk-produk yang memuat narasi budaya kuat cenderung memiliki brand value yang lebih tinggi dan daya saing yang lebih kuat di pasar internasional.

Cagar Budaya sebagai Subjek Diplomasi, Bukan Objek Wisata Semata

Salah satu tantangan dalam pelestarian adalah menjadikan cagar budaya sebagai subjek yang hidup dalam diplomasi dan pembangunan nasional bukan sekadar objek wisata atau latar belakang promosi pariwisata. Ini memerlukan pendekatan multidisipliner: hukum, pendidikan, seni, teknologi, dan hubungan internasional.

Kita perlu mengembangkan strategi pemanfaatan yang adaptif, seperti:

Digitalisasi Cagar Budaya, agar bisa diakses dan dipelajari generasi muda lintas negara

Kolaborasi antar museum dan pusat budaya internasional, agar narasi budaya Indonesia hadir dalam konteks global

Pertukaran pelajar dan residensi budaya, untuk mendorong interaksi lintas budaya yang mendalam

Kampanye budaya kreatif, agar cagar budaya tak hanya dikenal, tapi dicintai

Merawat Warisan, Merajut Masa Depan

Diplomasi budaya bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cermin dari martabat bangsa. Cagar budaya Nusantara dari naskah kuno di Sumatra, arsitektur tradisional di Toraja, hingga situs megalitikum di Nusa Tenggara adalah modal kultural yang tak ternilai dalam membangun posisi Indonesia sebagai bangsa besar di mata dunia.

Dengan menjadikan diplomasi budaya sebagai langkah pelestarian, kita tidak hanya menjaga warisan masa lalu, tetapi juga menyiapkan panggung masa depan di mana Indonesia hadir tidak hanya sebagai negara ekonomi, tetapi sebagai kekuatan budaya global yang dihormati dan diperhitungkan.*

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *