Episode 2 :
Perjalanan Suci ke Gunung Pucak dan Warisan Spiritual Jawa
Baosan Kidul, Ponorogo, Jawa Timur – Budayantara TV | Dalam penelusuran jejak kuno, Tim Budayantara TV menemukan bahwa Situs Rabut Dalem di Ponorogo dulunya adalah pusat ritual penting jauh sebelum era Pangeran Diponegoro.
Perjalanan Budayantara TV tidaklah mudah. Menemukan benang merah sejarah dari cerita-cerita tutur yang disampaikan dari generasi ke generasi bukanlah tugas ringan. Namun, semangat pantang menyerah membawa tim ini bertemu dengan Dzulhijjah Fajar, Kepala Desa Baosan Kidul, sosok yang gigih berusaha menyingkap tabir sejarah Rabut Dalem melalui penelusuran cerita tutur dan pendekatan pustaka, baik offline maupun online.
“Rabut Dalem bagi kami adalah punden, tempat yang sangat dihormati dan dijaga. Dulu, sebelum zaman Diponegoro, orang-orang datang ke sini untuk nyuwun berkah agar selamat dalam perjalanan dan diberi kelancaran dalam hidup. Mereka percaya bahwa Rabut Dalem memiliki kekuatan spiritual yang besar,” ungkap Dzulhijjah Fajar, Kepala Desa Baosan Kidul.
Menurut Dzulhijjah Fajar, ritual yang dilakukan di Rabut Dalem pada masa lalu melibatkan persembahan sesaji (sesajen) dan pembacaan doa-doa dalam bahasa Jawa Kuno. (Dalam mantra kuno yang dikenal sebagai Der Jagad, ilmu warisan leluhur yang digunakan untuk memohon keselamatan dan perlindungan dalam perjalanan, salah satunya berbunyi: “bolopatuk blambangan, dadung awuk ludoyo, Kidemang orang areng rambut dalem, torep ponorogo, tundojolo sapu angin gunung lawu,… dst”). Beberapa sesepuh masih merapalkan mantra ini saat akan bepergian ke luar desa hingga hari ini.

“Ingat, terakhir sekitar tahun 2004 masih ada warga yang mempersembahkan seekor sapi yang dipotong di Rabut Dalem untuk menjalankan ujar (nazar). Salah satu perempuan sepuh warga dari Dusun Patuk, waktu itu kita tanya ritual ini dilakukan untuk memenuhi ikrar: ‘Bila anak-anakku wis iso mentas lan podo oleh drajad pangkat, arep gae ambeng nek Rabut Dalem’ (kalau semua anak-anak sudah bisa bekerja dan terhormat, akan melaksanakan ritual di Situs Rabut Dalem),” tambah Dzulhijjah Fajar. Hal ini adalah sebuah tradisi yang seringkali diiringi dengan Tayub Simpuh. Masyarakat juga melakukan lelaku (perjalanan spiritual) ke tempat-tempat suci di sekitar Rabut Dalem, seperti Gunung Pucak, untuk mencari pencerahan dan kedamaian batin. Gunung Pucak sendiri diyakini sebagai tempat bersemayamnya kekuatan alam yang maha luhur dan dahsyat.
Dzulhijjah Fajar menambahkan, berdasarkan peta dari Universitas Leiden Belanda yang bertanggal 1890, wilayah Rabut Dalem pada masa itu masuk ke dalam wilayah Residen Kediri. Informasi ini memberikan petunjuk penting tentang administrasi dan geopolitik wilayah tersebut pada masa lalu, serta potensi pengaruhnya terhadap perkembangan budaya dan spiritualitas Rabut Dalem.
Untuk memperkuat dugaan adanya sistem perjalanan spiritual kuno, tim Budayantara TV melakukan analisis toponimi terhadap nama-nama tempat di sekitar Rabut Dalem, yang menunjukkan adanya keterkaitan makna dan fungsi ritual:
- Benade (Bena + de): Diduga berasal dari kata Sanskerta “Bena” (menyenangkan, baik, indah) dan akhiran Jawa Kuno “de” (tempat). Lebih dari sekadar tempat, Benade diduga merupakan titik awal pemujaan dan persiapan spiritual. Di tempat ini terdapat arca Ganesha, yang dalam tradisi Hindu dianggap sebagai dewa pembuka jalan. Oleh karena itu, Benade mungkin digunakan sebagai tempat persiapan spiritual sebelum seseorang memulai perjalanan ke tempat suci lainnya. Bisa jadi, Benade adalah titik awal sebelum seseorang menuju Baosan untuk menerima wejangan atau persiapan ritual.
- Mrayan (Mārga): Berasal dari kata Sanskerta “Marga” (मार्ग), yang berarti “jalan” atau “jalur”. Dalam konteks Jawa, “marga” juga bisa berarti “jalan hidup” atau “jalan spiritual,” memperkuat interpretasi Mrayan sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang lebih dalam. Mungkin ada praktik atau ritual tertentu yang dilakukan di sepanjang jalur Mrayan sebagai bagian dari perjalanan spiritual.
- Baosan (Bhāṣā): Berasal dari kata Sanskerta “Bhāṣā” (भाषा), yang secara harfiah berarti “bahasa.” Namun, interpretasi yang lebih luas mencakup “wejangan,” “syair,” atau “mantra.” Ini mengindikasikan bahwa Baosan mungkin adalah tempat di mana mantra atau syair suci diucapkan atau dipelajari. Baosan bisa jadi pusat pendidikan kuno di mana para calon pemimpin atau tokoh agama menerima pelatihan dan ajaran.
- Rabut Dalem (Rabhita + Antarālaya): “Rabhita” bisa berarti “terikat” atau “terhubung secara erat,” sementara “Antarālaya” mengimplikasikan ruang sakral di antara dunia manusia dan dunia spiritual. Dengan demikian, Rabut Dalem mungkin berfungsi sebagai tempat mediasi antara manusia dan dewa, di mana sumpah atau janji diucapkan untuk memperkuat ikatan spiritual.
- Banu (Bhānu): Dalam tradisi Hindu-Buddha, cahaya (bhānu) sering dikaitkan dengan pencerahan, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Banu mungkin menjadi tempat di mana seseorang mencari atau menerima pencerahan spiritual. Mungkin ada praktik meditasi atau ritual khusus di Banu yang dirancang untuk memicu pengalaman visioner atau intuisi spiritual.
- Konto (Kuṇṭha): Kata “kuṇṭha” juga bisa mengandung arti “tersembunyi” atau “rahasia,” menambahkan lapisan misteri pada Konto, yang mungkin menyimpan pengetahuan atau artefak rahasia. Konto bisa jadi tempat para calon spiritual harus melewati serangkaian ujian atau tantangan untuk membuktikan kesiapan mereka sebelum melanjutkan ke Gunung Pucak.
- Gunung Pucak: Gunung dalam kosmologi Jawa sering dianggap sebagai axis mundi atau pusat dunia, tempat bertemunya langit dan bumi. Larangan menanam dele di Gunung Pucak bahkan sampai diyakini hingga hari ini, sehingga tidak ada satu wargapun sampai sekarang yang berani menanam tanaman kedelai di seluruh aliran air Gunung Pucak. Hal ini dimungkinkan merupakan cara untuk menjaga kesucian tempat tersebut dan mencegahnya dari aktivitas profan atau duniawi.
Temuan artefak di beberapa lokasi tersebut semakin memperkuat dugaan ini. Di Benade, ditemukan arca Ganesha yang menjadi simbol pembuka jalan dan pelindung dalam tradisi Hindu. Di sekitar Banu, tepatnya di area yang dikenal sebagai Danyangan Manggis, terdapat batu yang menyerupai altar kotak seperti meja.
Di sekitar Rabut Dalem, tersebar lebih dari 12 tempat yang memiliki batu-batu berlubang, yang diduga merupakan bagian dari ritual atau tradisi kuno.
Lebih jauh lagi, di daerah Konto, ditemukan arca unik yang diyakini masyarakat sebagai arca yang semakin mengindikasikan bahwa wilayah ini memiliki signifikansi ritual tersendiri dan sekitar arah barat konto di sekitar gunung pucak sekarang daerah lingkungan kojan di wilayah administrasi dusun bendo juga ada batu seperti di Danyangan manggis. seperti batu altar/Meja.

Tim Budayantara TV menduga, lokasi-lokasi ini dulunya merupakan bagian dari satu kesatuan sistem kepercayaan yang terstruktur, di mana setiap tempat memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam perjalanan spiritual menuju pencerahan atau pemenuhan sumpah adat.
Tim Budayantara TV menambahkan, “Kami berharap temuan ini dapat membuka wawasan baru tentang kekayaan sejarah dan spiritualitas Jawa Timur, serta mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengungkap misteri yang masih tersembunyi di Situs Rabut Dalem. Kami juga menghimbau agar tradisi dan ritual yang masih hidup di Rabut Dalem dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai harganya.”
Perjalanan spiritual dan penelusuran jejak peradaban kuno di Rabut Dalem dan sekitarnya masih jauh dari selesai. Ikuti terus Budayantara TV dalam episode-episode selanjutnya untuk mengungkap lebih banyak lagi misteri dan kearifan lokal yang tersembunyi di seluruh Nusantara!