Jakarta, – Budayantara.tv Nama Jayakarta bukan sekadar simbol kemenangan fisik atas penjajahan, melainkan juga representasi dari semangat perjuangan, harapan, dan cita-cita akan masa depan yang gemilang. Dalam bahasa Sanskerta, kata “Jaya” berarti kemenangan atau kejayaan, sedangkan “Karta” melambangkan tatanan kehidupan yang sejahtera dan makmur. Bersatunya kedua kata itu melahirkan makna mendalam: sebuah kota kemenangan yang penuh harapan.
Dalam upaya menggali kembali sejarah dan makna mendalam dari Jayakarta, seminar sejarah bertajuk “Jayakarta Haul Agung 2025” digelar pada Kamis,(4/9/ 2025), di Museum Bank Mandiri, Jakarta Barat. Acara ini menjadi panggung penting untuk merefleksikan sejarah Jakarta dari sudut pandang yang lebih luas: sebagai pusat dinamika kekuasaan, spiritualitas, dan kebudayaan yang tak lepas dari jejaring besar peradaban Nusantara.
Mengangkat Narasi yang Lama Terkubur

Dipandu oleh Dirga Fawakih, seminar ini menghadirkan dua narasumber utama yang kompeten di bidang sejarah dan studi Islam:
Prof. Jajat Burhanudin, M.A, Ph.D. dan Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum.
Keduanya membedah berbagai lapisan sejarah Jayakarta, dari masa kejayaan pelabuhan Sunda Kelapa, transformasi menjadi Jayakarta tahun 1527 oleh Fatahillah, hingga proses kolonialisasi yang mengubahnya menjadi Batavia, lalu akhirnya Jakarta seperti yang kita kenal hari ini.
Suara Bangsawan Nusantara: Mengikat Ulang Benang Sejarah
Penanggap dalam seminar ini pun tak kalah menarik:
Ratu Bagus Abi Munawir al-Madani Mertakusuma dan Kanjeng Pangeran Haryo Ian Toni Taufik Tondonagoro.
Keduanya mewakili garis keturunan bangsawan Nusantara yang memiliki hubungan erat dengan sejarah panjang Jayakarta. Dalam tanggapannya, Ratu Bagus Abi Munawir menekankan bahwa sejarah Jakarta tak bisa dilepaskan dari keterlibatan berbagai wilayah kerajaan di Nusantara. Ia menyampaikan apresiasi kepada tamu-tamu kehormatan yang hadir dari Samudra Pasai, Cirebon, Kalimantan, Sulawesi, Palembang, hingga Jambi.
“Asal-usul kota ini bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari jaringan besar peradaban Nusantara,” ujar Ratu Bagus dalam penutupan diskusi. “Jayakarta adalah warisan kolektif yang harus kita rawat dan hidupkan kembali.”
Menggali Identitas Jakarta yang Sesungguhnya
Lebih dari sekadar perubahan nama, sejarah Jayakarta mencerminkan perjalanan panjang sebuah bangsa yang terus bertahan di tengah gejolak kolonialisme, perubahan politik, hingga modernisasi. Seminar ini menyoroti pentingnya mengangkat kembali identitas asli Jakarta yang kerap terlupakan bahwa kota ini berdiri di atas fondasi adat, agama, dan sejarah leluhur yang kuat.
Dengan acara seperti Jayakarta Haul Agung, semangat kebangkitan sejarah lokal kembali bergema. Jakarta bukan hanya ibukota administrasi ia adalah simbol dari ketahanan budaya dan spiritualitas bangsa Indonesia.**